Sosok Kang Ujang Bustomi Cirebon, yang juga dikenal sebagai Ustad Ujang Bustomi, telah menarik perhatian masyarakat luas setelah viral di media sosial. Ustad muda ini menjadi terkenal setelah menantang lebih dari 30 dukun santet dan sering mengadu kesaktian dengan mereka. Kehadirannya juga mendapatkan banyak dukungan dari warga.
Kang Ujang Bustomi meraih popularitas melalui saluran YouTube-nya. Saat ini, kanal YouTube Kang Ujang Bustomi telah memiliki 7,03 juta pelanggan. Keahliannya dalam kesaktian membuat masyarakat Indonesia penasaran dengan ustad muda dari Nahdatul Ulama (NU) dan Ketua Banser Kabupaten Cirebon ini.
Banyak yang penasaran mengenai sosok beliau. Ustad ini memiliki nama lengkap Ustad Muhamad Ujang Bustomi dan lahir di Cirebon pada tanggal 9 Februari 1982. Ujang Bustomi mulai menuntut ilmu di pesantren sejak usia 11 tahun. Ia menikah pada usia 22 tahun dan saat ini telah dikaruniai 7 orang anak.
Pada tahun 2007, Ujang Bustomi mendirikan Padepokan Anti Galau di Desa Sinarrancang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Padepokan ini memiliki luas mencapai 2 hektar. Ujang Bustomi diketahui juga sebagai salah satu keturunan dari Sunan Gunung Jati, Cirebon.
Dalam keterangannya di saluran YouTube, Kang Ujang mengungkapkan bahwa ia mendapatkan ilmu hikmah saat belajar dari seorang guru spiritual di Gerobogan, Purwodadi selama 7 tahun. Hal ini memberinya keberanian untuk menantang dukun santet yang ada di daerah tersebut.
Selain sebagai ahli spiritual, Kang Ujang Bustomi juga memiliki latar belakang sebagai pebisnis. Ia dikenal sebagai kontraktor dan Humas di salah satu perusahaan dari Korea dan Jepang. Selain itu, Kang Ujang juga mengelola beberapa lahan wisata di daerah Cirebon.
Dalam silsilah keluarga Kang Ujang Bustomi, ia berasal dari garis keturunan yang terkait dengan Sunan Gunung Jati. Silsilahnya meliputi nama-nama seperti Muhammad Sholeh bin Tubagus menjamin bin Maulana asyiqin bin Maulana Zainal Arifin bin Maulana Abul mahasin bin Maulana Mansyur. Maulana Mansyur merupakan keturunan dari Maulana Abdul Fatah Tirtayasa Serang Banten, yang kemudian berlanjut hingga Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah merupakan salah satu dari Walisongo. Beliau lahir pada tahun 1448 di Kairo, Mesir, dan merupakan putra dari Syekh Syarif Abdullah umdatuddin Bin Ali Nur dan Nyai Rara Santang. Rara Santang sendiri adalah putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pajajaran yang kemudian masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Syarifah Muda’im.
Syarif Hidayatullah tiba di Cirebon pada tahun 1470 dengan dukungan Kesultanan Demak dan Raden Walangsungsang, atau Pangeran Cakrabuana, yang merupakan Raja Cirebon pertama dan juga menjabat sebagai Uwa dari Syekh Syarif Hidayatullah dari pihak ibu.
Selanjutnya, Syarif Hidayatullah (Gunung Jati) dinobatkan sebagai Raja Cirebon kedua pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tanggal 19 September 1568 di Keraton Kesultanan Cirebon.
Nama Syarif Hidayatullah diabadikan sebagai nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan sebagai nama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati di Bandung.