BOGOR | REPUBLIKNEWS.NET – Gelombang protes melanda Kecamatan Babakan Madang, Bogor, ketika sejumlah orang tua dan wali murid bersuara keras menentang kebijakan study tour yang direncanakan oleh sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Keluhan-keluhan ini membuka pintu diskusi tentang dampak sosial dan ekonomi dari agenda ini.
Ir. Deni Nugraha, Kepala Desa Babakan Madang, turut membenarkan bahwa banyak masyarakat yang mengeluhkan program study tour yang akan segera dijalankan oleh berbagai tingkatan sekolah, mulai dari SDN, SMPN, hingga SMAN. Para orang tua merasa terbebani dengan biaya yang dibutuhkan untuk mengikuti kegiatan ini.
“Banyak yang mengeluh kepada saya, terutama dari orang tua yang kurang mampu, bahwa agenda study tour di sekolah-sekolah tingkat SDN hingga SMPN memberikan beban yang cukup berat bagi mereka,” ujar Deni Nugraha pada Kamis (18/1/2024).
Dalam pandangannya, orang tua siswa berada dalam dilema yang sulit. Tidak hanya berpotensi memengaruhi nilai akademis anak, tetapi juga menimbulkan dampak psikologis seperti penurunan tingkat percaya diri dan munculnya rasa iri di kalangan anak-anak.
“Orang tua yang memiliki keterbatasan ekonomi merasa dilema; jika mereka tidak mengizinkan anaknya ikut, mereka merasa simpati dan cemas akan berpengaruh pada nilai akademis anak.” Namun, jika mengikuti, jelas terbebani dengan biaya jutaan rupiah, terutama dalam kondisi ekonomi sulit seperti sekarang,” paparnya.
Deni Nugraha pun mengajukan permintaan kepada Pejabat Juru Bicara Bupati Bogor (PJ Bupati), Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, dan juga Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Dia berharap agar pihak berwenang dapat memperhatikan permasalahan ini dan mengambil tindakan, bahkan hingga meniadakan agenda study tour untuk saat ini.
“PJ Bupati dan Kadisdik harus menegur pihak sekolah yang memberlakukan kebijakan ini. Kalau bisa, meniadakan untuk tahun ini,” tegasnya.
Deni Nugraha memberi contoh positif dari sebuah SMPN yang telah mengambil keputusan bijaksana dengan meniadakan agenda study tour. Keputusan ini diambil sebagai bentuk kepedulian terhadap para orang tua siswa, terutama di tengah kondisi ekonomi sulit saat ini.
“Contoh yang bagus adalah SMPN 1 Babakan Madang. Mereka meniadakan agenda study tour untuk tahun ini,” tambahnya.
Sebagai informasi, untuk dapat mengikuti kegiatan study tour ke luar Kota Bogor, setiap siswa diharuskan membayar biaya sebesar Rp 1 hingga 3 juta rupiah. Biaya tersebut harus disetorkan secara tunai ke pihak sekolah masing-masing.
Salah satu contoh dari agenda study tour adalah yang direncanakan oleh SMAN 1 Babakan Madang yang akan berkunjung ke Bali dengan biaya persiswa sekitar 2,6 juta rupiah per siswa menjadi sorotan dan perbincangan di kalangan orang tua dan wali murid. Meskipun biaya ini sejalan dengan tradisi banyak sekolah, namun keluhan dari orang tua yang kurang mampu membuka perspektif baru tentang keberlanjutan program ini.
Beberapa wali murid yang tidak bersedia disebutkan namanya menegaskan bahwa biaya study tour tersebut merupakan beban yang cukup signifikan bagi keuangan keluarga. Di tengah kondisi ekonomi yang sulit, banyak orang tua merasa dilema antara mengizinkan anak mereka mengikuti agenda tersebut atau menolak karena faktor biaya.
Dengan suara protes semakin keras, pertanyaannya adalah, apakah tradisi study tour masih relevan di tengah kondisi sosial dan ekonomi yang berubah? Bagaimana pihak berwenang akan menanggapi aspirasi orang tua dan wali murid ini? Perdebatan ini tampaknya akan membawa dampak yang cukup signifikan pada kebijakan pendidikan di daerah ini.