JAKARTA|republiknews.net – Intensifikasi serangan terkoordinasi yang dilaukan oleh milisi perlawanan lintas-teritorial menargetkan fasilitas ekonomi di wilayah Israel, meningkatkan kekhawatiran akan kerugian materiil dan ketidakstabilan di negara tersebut.
Pada Sabtu (6/4/2024), Israel menjadi sasaran Serangan terkoordinasi oleh milisi Perlawanan Irak, menandai eskalasi ketegangan di wilayah tersebut.
Perlawanan Islam di Irak mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap sebuah kilang minyak di Haifa, wilayah Israel yang diduduki, pada hari Sabtu.
Milisi perlawanan mengumumkan bahwa Serangan terkoordinasi terhadap kilang minyak di Haifa, wilayah Israel yang diduduki, dilakukan menggunakan drone, demikian seperti yang disampaikan oleh laporan dari Khaberni.
Gerakan perlawanan Irak yang berhaluan Syiah dan didukung oleh Iran mengeluarkan pernyataan, mengklaim tanggung jawab atas serangan terhadap kilang minyak di Haifa, Israel yang diduduki, menggunakan drone.
Mujahidin Perlawanan Islam di Irak, dalam sebuah pernyataan yang mengacu pada agama dan menyebutkan tujuan perlawanan mereka, mengklaim bertanggung jawab atas serangan menggunakan drone terhadap kilang minyak di Haifa, wilayah pendudukan Israel, pada dini hari hari Sabtu, 6 April 2024.
Mereka menegaskan komitmen mereka untuk terus melancarkan operasi militer sebagai bagian dari perang melawan pendudukan, dengan fokus pada mendukung rakyat di Gaza dan menanggapi kekerasan yang dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina. Pernyataan tersebut juga mengakui bahwa kemenangan hanya datang dari Allah.
Objek Ekonomi Vital Israel Bandara dan Pelabuhan Jadi Target Serangan
Front milisi lain di kawasan ikut melancarkan serangan terhadap infrastruktur ekonomi Israel, menunjukkan eskalasi ketegangan yang melibatkan berbagai kelompok perlawanan terhadap negara tersebut.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengatakan pada Senin kemarin , kalau mereka “membombardir Ashdod yang diduduki dengan salvo rudal.
Ashdod, kota terkemuka dan pelabuhan utama keenam di Israel, memainkan peran penting dalam perekonomian negara dengan mengelola sekitar 60 persen dari total barang impor yang masuk.
Meskipun melalui serangkaian serangan bom yang tidak membedakan sasaran selama sekitar enam bulan oleh pasukan Israel, milisi perlawanan tetap menunjukkan kemampuan untuk merencanakan serangan secara terkoordinasi.
Sumber Ekonomi Vital Pendudukan jadi Target
Aksi terbaru dari Brigade Al-Qassam menunjukkan Serangan Terkoordinasi yang terencana dari berbagai kelompok milisi perlawanan lintas perbatasan yang bertujuan untuk menargetkan infrastruktur ekonomi utama Israel.
Tidak hanya pelabuhan, namun kelompok-kelompok milisi perlawanan seperti Houthi Yaman, Hizbullah Lebanon, dan Koalisi Perlawanan Irak telah sebelumnya mengarahkan serangan mereka ke bandara, fasilitas militer, dan ekonomi Israel di wilayah utara dan selatan.
Serangan Terkoordinasi yang berlangsung di wilayah utara Israel telah memaksa negara tersebut merasa terjepit akibat serangan yang ditujukan oleh poros milisi perlawanan.
Koalisi Milisi Perlawanan Irak mengklaim bertanggung jawab atas serangan drone terhadap bandara Ben Gurion di wilayah dalam Israel, menunjukkan eskalasi yang signifikan dalam konflik regional.
Di sisi lain, gerakan Ansarallah Houthi yang terkait dengan Angkatan Bersenjata Yaman melancarkan serangan rudal terhadap pelabuhan Eilat di wilayah yang diduduki, menambah ketegangan dalam konflik regional.
Dilaporkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman telah mengumumkan serangan terhadap kapal Amerika Serikat yang dikenal sebagai Mado di perairan Laut Merah, menambah kompleksitas dalam dinamika regional yang sudah tegang.
Pasukan Hizbullah Lebanon telah melancarkan serangkaian serangan terhadap target-target militer Israel di wilayah utara negara tersebut, menghancurkan beberapa pangkalan militer Israel menggunakan roket dan mortir dalam lima operasi berurutan.
Poros Kekuatan Terkoordinasi: Dari Perbatasan Hingga Pedalaman
Sejak tanggal 7 Oktober 2023, rezim Zionis telah memulai serangan militer massif terhadap Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan dukungan dari negara-negara Barat. Agresi ini telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina.
Data terkini mengungkapkan bahwa lebih dari 31.000 warga Palestina telah kehilangan nyawa dan lebih dari 72.000 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel di wilayah Gaza.
Kelompok perlawanan di Gaza serta di Lebanon, Irak, Yaman, dan Suriah menyatakan niat mereka untuk memberikan balasan atas tindakan kekerasan yang dilakukan oleh rezim Zionis.
Rezim Zionis Israel muncul pada tahun 1917, berdasarkan rencana kolonialisme Inggris yang melibatkan imigrasi Yahudi dari berbagai negara ke wilayah Palestina. Pendirian entitas ilegal ini secara resmi diumumkan pada tahun 1948.
Sejak itu, terjadi berbagai upaya pembantaian massal yang bertujuan untuk mengadakan genosida terhadap penduduk Palestina serta merampas tanah mereka secara total.