Humza Yousaf Pria 37 Tahun, Muslim Pertama yang Pimpin Skotlandia

EDINBURG – Humza Yousaf diangkat sebagai Menteri Pertama Skotlandia pada Selasa (28/3). Yousaf merupakan Muslim pertama diamanahkan menjadi pemimpin Skotlandia, negara yang mayoritas penduduknya menganut agama Kristen.

Dikutip dari Republika.co.id, Humza Yousaf yang kini berusia 37 tahun dilantik sebagai Menteri Pertama pada pekan ini setelah pengunduran diri Nicola Sturgeon yang mengejutkan bulan lalu. Pemilihannya mengakhiri delapan tahun kepemimpinan Sturgeon di pemerintahan devolusi Skotlandia.

Setelah memenangkan kontestasi kepemimpinan Partai Nasional Skotlandia (SNP) dan mengamankan posisinya dengan mayoritas 71 suara, Yousaf mengunggah foto dirinya memimpin shalat Maghrib pada bulan suci Ramadhan. Itu dilakukan tak lama setelah ia berbuka puasa di kediaman resminya yang baru, Bute House, Edinburg.

“Momen spesial memimpin keluarga saya dalam shalat di Bute House seperti kebiasaan setelah buka puasa bersama,” katanya di Twitter, seperti dilansir the New Arab, Kamis (30/3). Bute House merupakan kediaman dinas menteri pertama Skotlandia. Artinya, ibadah shalat itu juga yang pertama kalinya dilakukan di bangunan itu.

Yousaf dilantik pada Rabu (29/3) setelah mendapatkan persetujuan dari Raja Charles III. Pengangkatannya menjadikan Skotlandia negara demokrasi pertama di Eropa Barat yang menunjuk seorang pemimpin Muslim.

“Kita semua harus bangga dengan kenyataan bahwa hari ini kita telah mengirimkan pesan yang jelas, bahwa warna kulit Anda, keyakinan Anda, bukanlah penghalang untuk memimpin negara yang kita sebut rumah,” kata dia dalam pidato kemenangannya.

Dari tiga pesaing teratas dalam perebutan kepemimpinan, Yousaf dipandang sebagai simbol kesinambungan dengan Sturgeon. Dia menerima dukungan dari tokoh senior SNP. Yousaf berkomitmen untuk mengatasi krisis biaya hidup Skotlandia dan mencapai tujuan melihat Skotlandia merdeka dalam masa hidupnya.

Baca Juga :  Jepang Resmi Mengklasifikasikan COVID-19 Setara dengan Flu Musiman

Menteri Pertama Skotlandia yang baru ini adalah seorang Muslim yang taat. Dengan menjadi Menteri Pertama Skotlandia, berarti Yousaf menjadi kepala pemerintahan semi-otonom Skotlandia.

Dia mengatakan kepada wartawan bahwa kebangkitan politiknya terjadi setelah serangan 9/11 ketika teman sekelasnya bertanya mengapa Muslim membenci Amerika. Setelah itu, katanya, dia menyadari politik itu penting.

Dalam upacara pelantikan, Yousaf memadukan tradisi formal dengan warisan tanah kelahirannya, Pakistan. Dia mengenakan pakaian tradisional Pakistan, shalwar kameez, berwarna hitam di pengadilan tertinggi Skotlandia, Court of Session di Edinburgh. Istri Yousaf bersama anak-anak dan orang tuanya menghadiri upacara pelantikan. Istri Yousaf menitikkan air mata di awal upacara.

Ia kemudian mengumumkan kabinet barunya yang terdiri atas enam wanita dan tiga pria, yang sebagian besar merupakan sekutu dekat mantan pemimpin Skotlandia Nicola Sturgeon. Sturgeon mengundurkan diri bulan lalu setelah mendominasi politik Skotlandia selama lebih dari satu dekade.

Shona Robison yang merupakan teman dekat Sturgeon akan menjabat sebagai Menteri Keuangan sekaligus Wakil Menteri Pertama. Sementara itu, Angus Robertson tetap bertanggung jawab atas masalah konstitusional dan urusan eksternal.

Yousaf membentuk kabinet pertama dalam sejarah Skotlandia yang sebagian besar diisi oleh perempuan. Yousaf mengatakan, kabinetnya harus bertanggung jawab kepada pemilih yang mereka wakili.

Baca Juga :  Presiden AS Joe Biden Minta Kongres Mengesahkan Larangan Senjata Serbu Setelah Penembakan di Nashville

“Saat kami memperjuangkan kemerdekaan Skotlandia, kami akan terus memerintah dengan baik dan menunjukkan kepada rakyat Skotlandia manfaat dari keputusan tentang nyawa mereka yang diambil di sini di Skotlandia,” kata Yousaf.

Yousaf menghadapi banyak tantangan, termasuk menyatukan partainya, memetakan arah baru menuju kemerdekaan dari Britania Raya, dan memperbaiki masalah kesehatan dan pendidikan Skotlandia. Yousaf memenangkan pemilihan kepemimpinan pada Senin (26/3), menyusul pengunduran diri Sturgeon yang mengejutkan pada Februari.

Selama kampanye kepemimpinannya, Yousaf mengatakan, dia akan beralih dari gaya kepemimpinan “lingkaran dalam” Sturgeon demi pendekatan yang lebih besar.

Ketidaksepakatan internal atas masa depan Partai Nasional Skotlandia  muncul kembali setelah saingan utama Yousaf, Kate Forbes, keluar dari pemerintahan. Forbes menolak tawaran untuk menjadi menteri urusan perdesaan dan kepulauan. Dia mundur dari peran sebelumnya sebagai menteri keuangan.

Mantan menteri kesehatan Alex Neil, yang mendukung Forbes, mengatakan, jabatan yang diusulkan itu merupakan penghinaan dan bukan upaya nyata untuk menyatukan partai. Menteri Bisnis Ivan McKee, yang mendukung Forbes dalam kontes kepemimpinan, juga menyatakan keluar dari pemerintahan.

Langkah itu diambil setelah McKee ditawari posisi di kabinet  Yousaf. Namun, dia menilai tawaran posisi tersebut sebagai penurunan jabatan.

Posisi Yousaf sedianya juga menunjukkan tren meningkatnya populasi Muslim di Eropa belakangan. Pada akhir 2022 lalu, sensus Kantor Statistik Nasional (ONS) menunjukkan, populasi Muslim di Inggris dan Wales telah meningkat sebesar 44 persen selama dekade terakhir.

Baca Juga :  BLACKPINK: Kesuksesan Konser dan Penghasilan Fantastis dari YouTube

Posisi Yousaf sedianya juga menunjukkan tren meningkatnya populasi Muslim di Eropa belakangan. Hasil sensus menunjukkan jumlah orang yang mengidentifikasi diri sebagai Muslim di Inggris dan Wales adalah 6,5 persen atau 3,9 juta orang dibandingkan dengan 4,9 persen (2,7 juta orang) pada 2011.

Sekretaris Komisi Islam Spanyol Mohamed Ajana mengatakan, populasi Muslim yang tinggal di Spanyol telah meningkat 10 kali lipat dalam 30 tahun terakhir. Peningkatan tersebut mencapai lebih dari 2,5 juta jiwa.

Ajana mengatakan kepada Anadolu Agency, menurut catatan resmi, jumlahnya memang mencapai 2,5 juta, sedangkan menurut angka tidak resmi sekitar 3 juta Muslim tinggal di Spanyol. Dia menyatakan, Populasi Muslim di Spanyol yang dulu dipandang murni imigran kini memiliki tempat penting di kalangan warga Spanyol.

Menurut Ajana, lebih dari 1 juta Muslim di negara itu adalah warga negara Spanyol. Beberapa Muslim di antaranya adalah imigran, sedangkan yang lainnya berasal dari Spanyol.***